Berdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis (Dawes, 2008; Roth and Calmes, 1981).
Gambar Kelenjar Saliva Mayor (DeNardin, 2006)
Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara bilateral di depan telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus dengan bagian yang meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik (Leeson dkk., 1990; Rensburg, 1995). Kelenjar parotis terbungkus dalam selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis melintas horizontal dari tepi anterior kelenjar. Pada tepi anterior otot masseter, saluran parotis berbelok ke arah medial, menembus otot buccinator, dan memasuki rongga mulut di seberang gigi molar ke-2 permanen rahang atas (Leeson dkk., 1990; Moore dan Agur, 1995).
Kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar kedua, terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula (Rensburg, 1995). Saluran submandibularis bermuara melalui satu sampai tiga lubang yang terdapat pada satu papil kecil di samping frenulum lingualis. Muara ini dapat dengan mudah terlihat, bahkan seringkali dapat terlihat saliva yang keluar (Moore dan Agur, 1995).
Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam. Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak pada dasar mulut antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kiri dan kanan bersatu untuk membentuk massa kelenjar yang berbentuk ladam kuda di sekitar frenulum lingualis (Moore dan Agur, 1995).
Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis, kelenjar labialis, kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal (Rensburg, 1995). Kelenjar lingualis terdapat bilateral dan terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelenjar lingualis anterior berada di permukaan inferior dari lidah, dekat dengan ujungnya, dan terbagi menjadi kelenjar mukus anterior dan kelenjar campuran posterior. Kelenjar lingualis posterior berhubungan dengan tonsil lidah dan margin lateral dari lidah. Kelenjar ini bersifat murni mukus (Rensburg, 1995).
Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar ini bersifat mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada palatum lunak dan uvula serta regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar glossopalatinal memiliki sifat sekresi yang sama dengan kelenjar palatinal, yaitu murni mukus dan terletak di lipatan glossopalatinal (Rensburg, 1995).
Senin, 13 April 2009
Histologi Kelenjar Saliva
Secara umum, kelenjar saliva dibangun oleh gabungan dari unit sekretori yang terdiri dari asinus, duktus interkalata, dan duktus striata (Amerongen, 1991; Bradley, 1995). Jenis saliva yang disekresikan oleh tiap kelenjar saliva ditentukan oleh jenis sel asinar yang terdapat dalam kelenjar saliva tersebut. Terdapat 2 jenis sel asinar, yaitu serus dan mukus (Roth and Calmes, 1981). Saliva yang bersifat serus menunjukkan saliva yang encer, sedangkan saliva yang bersifat mukus merupakan saliva yang pekat (Amerongen, 1991). Pada beberapa kelenjar saliva seperti kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar campuran, terdapat sel asinar demiluna (semilunar) serus yang mengelilingi sel mukus (Ferguson, 1999).
Saluran kelenjar saliva terdiri dari duktus intralobular, yaitu duktus interkalata dan duktus striata, serta duktus interlobular (Rensburg, 1995). Pada kelenjar saliva juga ditemukan struktur lain seperti sel mioepitel, yang menyelubungi asinus dan duktus interkalata (Bradley, 1995). Kelenjar saliva juga kaya akan suplai darah dan elemen saraf. Suplai darah pada kelenjar saliva tidak hanya berfungsi sebagai sumber nutrisi, tetapi juga sebagai sumber utama dari komponen-komponen yang terdapat dalam saliva. Sedangkan elemen saraf berhubungan dengan sel asinar dan sel-sel pada saluran, berfungsi mengontrol sekresi saliva, aliran darah, dan kontraksi sel mioepitel (Bradley, 1995).
Gambar 2.2 Unit Sekresi Saliva (Cooper, 1998; Ganong, 1995)
Saluran kelenjar saliva terdiri dari duktus intralobular, yaitu duktus interkalata dan duktus striata, serta duktus interlobular (Rensburg, 1995). Pada kelenjar saliva juga ditemukan struktur lain seperti sel mioepitel, yang menyelubungi asinus dan duktus interkalata (Bradley, 1995). Kelenjar saliva juga kaya akan suplai darah dan elemen saraf. Suplai darah pada kelenjar saliva tidak hanya berfungsi sebagai sumber nutrisi, tetapi juga sebagai sumber utama dari komponen-komponen yang terdapat dalam saliva. Sedangkan elemen saraf berhubungan dengan sel asinar dan sel-sel pada saluran, berfungsi mengontrol sekresi saliva, aliran darah, dan kontraksi sel mioepitel (Bradley, 1995).
Gambar 2.2 Unit Sekresi Saliva (Cooper, 1998; Ganong, 1995)
Secara khusus, gambaran histologis kelenjar saliva mayor dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara bilateral di depan telinga (Rensburg, 1995), terbungkus simpai tipis dan mengandung asinus serus yang terdiri dari sel-sel berbentuk piramid, duktus interkalata, dan duktus striata. Dari simpai fibrosa, sekat-sekat masuk ke dalam kelenjar, membagi kelenjar dalam lobus dan lobulus. Sekat ini seringkali mengandung sel lemak. Jaringan ikat tipis meliputi serta menyokong asinus dan duktusnya. Kapiler darah banyak terdapat di dalam jaringan ikat tersebut (Leeson dkk., 1990).
Kelenjar parotis merupakan kelenjar serus, tubuloalveolar kompleks. Asinus diliputi oleh suatu lamina basal dengan sel mioepitel. Sel asinar yang berbentuk piramid mengandung inti yang terletak dibagian basal, berbentuk bundar dengan sitoplasma basofilik di bawah inti dan butir-butir sekretoris di bagian puncaknya (Leeson dkk., 1990).
Saluran muara dari kelenjar parotis disebut duktus Stensen (Amerongen, 1991; Melfi, 1994). Bagian permulaan dari saluran tersebut adalah duktus interkalata yang panjang, dibatasi oleh epitel gepeng dan mengandung sel mioepitel. Duktus interkalata bermuara ke dalam duktus sekretorius yang lebih besar. Kedua jenis saluran ini terletak intralobular. Duktus sekretorius dibatasi oleh epitel silindris selapis, dan sering disebut juga sebagai saluran bergaris atau duktus striata (striated duct) karena bila dilihat dengan mikroskop cahaya tampak bergaris-garis pada bagian basalnya (Leeson dkk., 1990).
Duktus intralobular, yaitu duktus interkalata dan duktus striata, bermuara ke dalam duktus interlobular yang lebih besar. Duktus interlobular mula-mula dibatasi oleh epitel silindris kemudian epitel bertingkat, kadang-kadang dengan sel goblet. Pada saluran utama dekat muaranya, epitel yang membatasi adalah epitel silindris berlapis atau epitel gepeng berlapis (Leeson dkk., 1990).
2) Kelenjar Submandibularis
Kelenjar Submandibularis merupakan kelenjar terbesar kedua (Rensburg, 1995). Kelenjar ini memproduksi saliva yang bersifat serus dan mukus, dengan perbandingan sel asinar serus dan mukus sebesar 7 : 3 (Berkovitz, et al., 2002). Kelenjar ini mempunyai simpai, sekat-sekat dan sistem saluran keluar yang tampak jelas, mirip dengan yang terdapat pada kelenjar parotis, tetapi duktus interkalatanya lebih pendek dan kurang mencolok. Pada duktus yang lebih besar, epitel bertingkatnya mengubah komposisi saliva dengan cara mencampurnya dengan sekret mukus dari sel goblet dan getah serus dari sel-sel silindrisnya. Pada dasarnya, saliva dari kelenjar ini mempunyai aktivitas amilase yang lemah dengan lisozim yang disekresikan oleh sel serus bulan sabit (demiluna) yang dapat merusak dinding bakteri (Leeson dkk., 1990). Muara dari kelenjar ini disebut duktus Wharton (Amerongen, 1991; Melfi, 1994).
3) Kelenjar Sublingualis
Kelenjar sublingualis pada dasarnya bukan merupakan kelenjar tunggal, tetapi kumpulan kelenjar yang terletak berdekatan dengan saluran keluar kelenjar submandibularis di bawah mukosa dasar mulut. Tiap kelenjar bermuara secara tersendiri di bawah lidah (Berkovitz, et al., 2002; Leeson dkk., 1990).
Kelenjar sublingualis merupakan kelenjar campuran, tubuloalveolar kompleks. Sebagian besar asinusnya bersifat mukus, dan beberapa diantaranya mengandung sel bulan sabit (demiluna) serus. Asinus serus yang murni jarang ditemukan pada kelenjar ini. Sel mioepitel terlihat berhubungan dengan asinus. Duktus interkalata maupun duktus striata merupakan saluran yang pendek sehingga tampak tidak mencolok. Simpai kelenjar sublingualis kurang begitu tebal serta jumlah sekatnya lebih sedikit (Leeson dkk., 1990).
* gambar didapat dari: cooper 98,dan ganong 95
hubungan antara buah nanas dengan saliva...
Perbedaan perubahan pH saliva setelah mengunyah buah nanas dengan setelah meminum jus nanas.
ABSTRAK
Buah nanas memiliki rasa asam yang dapat mempengaruhi sekresi saliva. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data pH saliva setelah mengunyah buah nanas dan setelah meminum jus nanas. Perbedaan perlakuan antara mengunyah dan meminum jus diprediksi akan menimbulkan pengaruh yang berbeda terhadap pH saliva.
Penelitian bersifat eksperimental semu. Sampel penelitian adalah mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran sejumlah 60 naracoba berusia 18-23 tahun dengan jenis kelamin pria dan wanita. Sampel diambil berdasarkan purposive sampling. Metode penelitian dilakukan dengan cara mengukur pH saliva sebelum dan setelah mengunyah buah nanas, serta sebelum dan setelah meminum jus nanas dengan menggunakan pH meter.
Hasil penelitian secara statistik menunjukan perubahan rata-rata pH saliva setelah mengunyah buah nanas sebesar 9,15% dengan simpangan baku 5,008, sedangkan perubahan rata-rata pH saliva setelah meminum jus nanas sebesar 4,48% dengan simpangan baku 6,098.
Kesimpulan hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan perubahan pH saliva setelah mengunyah buah nanas dengan setelah meminum jus nanas.
Kata kunci : Buah nanas, jus nanas, pH saliva.
The difference of saliva pH changing after chewing pineapple and after drinking pineapple juice.
ABSTRACT
Pineapple have a sour taste which can influence the secretion of saliva. The aim of this research is to measure saliva pH after chewing pineapple and after drinking pineapple juice. The difference way of acting between chewing and drinking juice predictable will show the different effect in saliva pH.
This research was a quasi experiment. Research samples were the preclinical students of the Faculty of Dentistry of Padjadjaran University, a number of 60 male and female research subjects, ranging in age from 18 to 23 year. Sample were collected by purposive sampling. The method of research used was measuring saliva pH before and after chewing pineapple, and also before and after drinking pineapple juice with pH meter.
Research result shows statistically the average of saliva pH changing after chewing pineapple is 9,15% with a standard deviation of 5,008, while the average of saliva pH changing after drinking pineapple juice is 4,48% with a standard deviation 6,098.
The conclusion of the research shows a difference of saliva pH changing after chewing pineapple and after drinking pineapple juice.
Keyword : Pineapple, pineapple juice, saliva pH.
ABSTRAK
Buah nanas memiliki rasa asam yang dapat mempengaruhi sekresi saliva. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data pH saliva setelah mengunyah buah nanas dan setelah meminum jus nanas. Perbedaan perlakuan antara mengunyah dan meminum jus diprediksi akan menimbulkan pengaruh yang berbeda terhadap pH saliva.
Penelitian bersifat eksperimental semu. Sampel penelitian adalah mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran sejumlah 60 naracoba berusia 18-23 tahun dengan jenis kelamin pria dan wanita. Sampel diambil berdasarkan purposive sampling. Metode penelitian dilakukan dengan cara mengukur pH saliva sebelum dan setelah mengunyah buah nanas, serta sebelum dan setelah meminum jus nanas dengan menggunakan pH meter.
Hasil penelitian secara statistik menunjukan perubahan rata-rata pH saliva setelah mengunyah buah nanas sebesar 9,15% dengan simpangan baku 5,008, sedangkan perubahan rata-rata pH saliva setelah meminum jus nanas sebesar 4,48% dengan simpangan baku 6,098.
Kesimpulan hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan perubahan pH saliva setelah mengunyah buah nanas dengan setelah meminum jus nanas.
Kata kunci : Buah nanas, jus nanas, pH saliva.
The difference of saliva pH changing after chewing pineapple and after drinking pineapple juice.
ABSTRACT
Pineapple have a sour taste which can influence the secretion of saliva. The aim of this research is to measure saliva pH after chewing pineapple and after drinking pineapple juice. The difference way of acting between chewing and drinking juice predictable will show the different effect in saliva pH.
This research was a quasi experiment. Research samples were the preclinical students of the Faculty of Dentistry of Padjadjaran University, a number of 60 male and female research subjects, ranging in age from 18 to 23 year. Sample were collected by purposive sampling. The method of research used was measuring saliva pH before and after chewing pineapple, and also before and after drinking pineapple juice with pH meter.
Research result shows statistically the average of saliva pH changing after chewing pineapple is 9,15% with a standard deviation of 5,008, while the average of saliva pH changing after drinking pineapple juice is 4,48% with a standard deviation 6,098.
The conclusion of the research shows a difference of saliva pH changing after chewing pineapple and after drinking pineapple juice.
Keyword : Pineapple, pineapple juice, saliva pH.
Langganan:
Postingan (Atom)